⚡ Beberapa Waktu Yang Lalu Banjir Besar Melanda Jakarta
Beberapawaktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Ribuan rumah tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 miliar rupiah dan menelan korban 10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah surat kabar. C. Banjir yang melanda Jakarta adalah kiriman dari Bogor D. Masyarakat Jakata-lah yang membuat kerusakan
DiagramHovmöller curah hujan GSMaP DAS Ciliwung pada beberapa kejadian banjir di Jakarta. 2007 Feb 2013 Jan 2014 Jan Januari. 2015 Feb 2020 Jan 2020 Feb WASPADA 11 Edisi I / 2020 Banjir Jakarta 2007 Hujan deras terjadi sejak siang hari tanggal 1 Februari yang terjadi di wilayah hulu DAS Ciliwung. Hujan kemudian bergerak ke arah utara menuju
Ungkapanpuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah Pengantar Ilmu Budaya Dasar yang berjudul "BENCANA ALAM". Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Banjir, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, baik dari buku
Sumbanganini nantinya akan digunakan untuk membeli kebutuhan logistik berupa makanan, obat-obatan, kebutuhan bayi, dan lain sebagainya yang akan disalurkan kepada para korban melalui lembaga UI peduli. Saat UI peduli telah memggelar tenda beberapa kali di waktu yang lalu selama sepekan terakhir ini
Jakarta- Banjir besar yang melanda Jakarta beberapa waktu yang lalu, cukup menghambat mobilitas pengguna kereta api di daerah Prumpung, Cipinang, dan Duren Sawit Metro Mini 52 Jurusan Cakung
Menurutnya banjir adalah masalah besar di Jakarta yang harus diselesaikan. Diberitakan banjir melanda sejumlah wilayah Jakarta pada Selasa (17/12/2019). Peristiwa itu menjadi salah satu pertanyaan yang diajukan oleh wartawan kepada Jokowi dalam acara bincang-bincang di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/12/2019).
c Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor. d. Kerugian mencapai 39,5 miliyar dan sepuluh orang meninggal. e. Beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Jawaban: c. 35. Cermati topik dan penggunaan kalimat dalam paragraf berikut! Topik: Pantai Natsepa Kalimat penjelas
Liputan6com, Jakarta - Pasca jebolnya tanggul akibat terjangan banjir beberapa waktu lalu, warga Kampung Babakan Demak, Desa Labansari, Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, semakin bersusah hati. Permukiman mereka rentan terendam banjir yang bahkan semakin parah.Jika hujan deras sedang turun, air sungai meluap dengan cepat dan membanjiri jalan serta rumah-rumah warga, terutama yang
Beberapawaktu yang kemudian banjir besar melanda Jakarta. Ribuan rumah tenggelam. Kerugian mencapai 39,5 milyar dan menelan korabn 10 orang meninggal. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati sebuah surat kabar. Surat tersebut meliputi pernyataan terhadap kondisi Jakarta.
raKCpf4. Curah hujan pada 1 Januari 2020 di sekitar Jakarta, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG, termasuk yang paling ekstrem dan tertinggi sejak 154 tahun lalu. Banjir yang dipicu hujan besar menenggelamkan sebagian ibukota negara dan kota-kota penyangga sekitarnya. Sampai hari ini, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 170 ribu orang menjadi pengungsi dadakan karena rumah mereka tersapu air bah. Sudah banyak penelitian dan kajian untuk menanggulangi banjir Jabodetabek. Baik pemerintah pusat dan daerah telah memproduksi dokumen perencanaan, tata ruang, master plan dan program. Namun hanya sedikit dari rencana-rencana tersebut sedikit yang sudah benar-benar terlaksana. Implementasi rencana penanggulangan banjir masih parsial, jangka pendek, dan belum terintegrasi. Dengan semakin bertambah parahnya cuaca ekstrem akibat efek perubahan iklim seluruh tingkat pemerintahan perlu mengeluarkan kebijakan radikal bekerja sama dengan masyarakat, swasta, LSM dan lembaga serta masyarakat internasional. Penyebab banjir Eksploitasi air tanah yang berlebihan di Jakarta menyebabkan ibu kota negara ini terus tenggelam, dengan rata rata-rata laju penurunan tanah sekitar 3-18 cm per tahun . Kondisi ini bertambah memburuk di Jakarta Utara yang berbatasan dengan laut. Tinggi permukaan tanah di wilayah ini 1,5 meter lebih rendah dari permukaan air laut sebagai dampak perubahan iklim. Akibatnya aliran air dari hulu Bogor dan Depok pun tidak dapat terbuang ke laut. Selain penurunan permukaan tanah, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan banjir Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Saluran dan tangkapan air waduk, sungai, kanal banjir, drainase dan ruang terbuka hijau yang ada kapasitasnya kurang untuk menampung volume air yang besar akibat curah hujan yang ekstrem. Aliran dan sempadan sungai menyempit karena sebagian sungai di Jabodetabek mengalami pendangkalan. Beberapa daerah resapan dan waduk juga kurang maksimal karena berubah fungsi. Selain itu saluran-saluran air yang ada tersumbat sampah akibat manajemen sampah yang buruk. DKI Jakarta memproduksi sampah kurang lebih 7,500 ton per hari atau 2,7 juta ton per tahun. Jumlah itu belum termasuk 300-400 ton sampah yang dibuang oleh penduduk ke sungai terutama pada saat musim hujan. Genangan air juga disebabkan oleh isu lama, yaitu tertutupnya permukaan tanah yang dilapis beton atau material yang menahan air untuk meresap dalam tanah. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi, pembangunan infrastruktur yang massif serta urbanisasi menyebabkan okupasi lahan semakin sempit. Menurut data Badan Pusat Statisik penduduk Jakarta terus tumbuh, pada 2018 mencapai 10,46 juta jiwa. Hal ini menyebabkan lahan Jakarta terus berkurang. Pada 2014, sekitar 83% dari 674km2 wilayah Jakarta telah terpakai, menurut riset Mathias Garschagen dan koleganya 2008 . Jadi wajar daya dukung kota terus menurun. Kebijakan radikal mitigasi bencana banjir Untuk mengelola dan mengurangi aliran air yang berlebihan dari hulu Bogor dan Depok, maka pemerintah pusat perlu mendukung Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta dalam program-program penanggulangan banjir mereka. Selain revitalisasi hutan dan pembatasan pendirian bangunan di kawasan Puncak dan Bogor, penyelesaian waduk Ciawi dan Sukamahi untuk mengurangi air di sungai-sungai besar sangat mendesak. Dengan tren curah hujan yang terus tinggi, wilayah-wilayah ini perlu memiliki aliran dan penampungan air yang memadai. Dengan istilah apa pun, entah normalisasi, naturalisasi, atau revitalisasi pemerintah perlu mengembalikan fungsi sungai. Pemeliharaan dan pengerukan harus menjadi prioritas dan program wajib dan rutin pemerintah. Kebijakan yang segera perlu dipercepat adalah realisasi pengelolaan sampah yang terintegrasi dan modern. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 3/2013 tentang Pengelolaan Sampah masih menggunakan konsep lama. Misalnya mulai dari pemilahan dan pembuangan masih konvensional. Untuk pembuangan, masih mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah di Bantar Gerbang. Padahal kapasitas TPA ini sudah tidak bisa diandalkan. Kota sebesar dan sekaya DKI Jakarta mestinya sudah harus memiliki pengolahan sampah sendiri seperti ITF Intermediate Treatment Facilities. Meskipun ITF ini juga sudah dimulai, tak kalah pentingnya mengubah cara berpikir masyarakat dengan membangun pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang menghasilkan kompos, re-use, dan produk lainnya. Begitu juga dengan sistem pemilahan dan pengumpulan sampah dari rumah tangga ke tempat fasilitas pengolahan. Dengan terus turunnya permukaan tanah dan meningginya permukaan air laut salah satu caranya adalah dengan membangun dam raksasa di sepanjang wilayah Jakarta Utara. Proyek National Capital Integrated Coastal Development Masterplan NCICD yang sudah direncanakan tahun 2011 dan sekarang redup karena efek isu reklamasi Jakarta perlu segera dibahas lagi oleh pemerintah pusat dan daerah. Tentu saja pra-syarat proyek ini adalah penyusunan rencana yang benar-benar komprehensif, terintegrasi dan objektif serta benar-benar memperhitungkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Terakhir, guna mencegah penurunan permukaan tanah DKI Jakarta, harus ada peraturan daerah pelarangan penggunaan air tanah. Saat ini pemerintah DKI baru menerbitkan Peraturan Gubernur No. 38/2017 tentang Pungutan Pajak Air Tanah. Faktor manusia Selain kebijakan struktural di atas, untuk mengurangsi risiko banjir adalah perilaku manusia juga perlu berubah. Komitmen, kedisiplinan, dan keberanian serta terobosan pengambil kebijakan sangat diperlukan–termasuk keberanian untuk menegakkan hukum secara konsisten. Saat sidak ke gedung-gedung di Jalan Sudirman Jakarta tahun 2008, misalnya, pemerintah DKI Jakarta hanya mengirimkan surat teguran kepada salah satu hotel yang melanggar peraturan daerah tentang sumur resapan, instalasi pengolahan limbah, dan pemanfaatan air tanah. Kebijakan dan informasi seperti mitigasi bencana, kesiapsiagaan, peta rawan bencana, rencana evakuasi, peringatan dini harus disosialisasikan kepada masyarakat secara terus menerus. Kita perlu membudayakan kesiapsiagaan bencana. Pendidikan bencana menjadi kunci ketahanan bukan kepasrahan masyarakat menghadapi banjir ke depan. Sikap dan perilaku sadar bencana tidak hanya untuk kesiapsiagaan. Bencana seperti banjir, memerlukan persepsi, kesadaran, kedisiplinan yang terus menerus. Misalnya, dengan tidak membuang sampah sembarangan dan budaya menjaga lingkungan. Kini kita menunggu keputusan radikal dari pemerintah agar banjir besar seperti pada 1 Januari lalu tidak berulang. Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.
A. Sepuluh orang meninggal dalam banjir tersebut. B. Seorang penduduk di luar Jakarta menyurati redaksi sebuah kabar. C. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor. D. Kerugian mencapai 39,5 milyar rupiah dan sepuluh orang meninggal. E. Beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda Jakarta. Jawaban dari pertanyaan di atas adalah C. Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor. Untuk memahami alasannya, simak pembahasan berikut. Teks editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar majalah tersebut mengenai beberapa pokok masalah. Salah satu ciri teks editorial adalah mengandung opini. Opini adalah adalah suatu sikap atau pendapat seseorang mengenai sebuah keadaan yang pernah ataupun belum terjadi. Opini sangat dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, perspektif, keinginan, sikap, pengalaman, pemahaman, keyakinan setiap individu. Ciri-ciri opini Bersifat subjektif dan biasanya disertai pendapat, saran, dan uraian yang dari pandangan pihak yang dibuktikan peristiwa yang belum pasti mengandung data-data kuantitatif atau data berbentuk angka. Berdasarkan penjelasan di atas, opini pada teks editorial tersebut adalah “Orang Jakarta mengatakan bahwa banjir kali ini merupakan kiriman dari Bogor.” Kalimat ini bersifat subjektif dan sulit dibuktikan kebenarannya karena tidak mengandung data-data dan bersumber dari pandangan pihak yang berpendapat.
beberapa waktu yang lalu banjir besar melanda jakarta